Senin, 19 Oktober 2009

                                                                   terusan hal.1 laman ke-2

     Setelah suara tersebut berbicara segumpal isyarat, suara tersebut hilang dan bersamaan dengan itu kabut datang menyelimuti diri semut; seakan tak ada arti hidup lagi namun ingat perkataan dari sang burung bahwa jangan mengatakan akhir bila Tuhan belum berkata akhir.
     walau tak ada arh yang dituju semut tetap melangkahkan kaki sambil berharap akan muncul sesosok cahaya dari  dalam buwana yang menerangi kegelapan dari pencarian sang semut. Setelah kabut hilang semut terkejut dan bertanya kepada dirinya sendiri "dimana aku ?",ternyata ia telah keluar dari hutan dan tepat di pinggir pantai yang ombaknya sangat ganas. Pada saat ia meneruskan perjalanan semut melihat sebuah benih biji yang terbawa ombak setan bangsat. Aku tak berpikir panjang, walaupun aku tak pernah bergaul dengan air namun ini bukan masalah takut lagi namun masalah nyawa.
Aku melompat kepada ombak itu, walaupun aku tau akan akibatnya namun aku tidak peduli. sesampai aku pada benih biji itu tiba-tiba ombak menggulung kami dan kami terbawa arus dan tak  tau apa yang akan terjadi pada kami.
     sehari, dua hari, tiga hari, lima hari, sampai sepuluh hari aku dan benih biji itu baru sadar. Aku dan benih biji itu terdampar disebuah pulau yang aku sendiri tak pernah tau. Semut kembali bertanya pada dirinya sendari "dimana ini?, tempat apa ini?, sangat asing bagiku!".
Semut menetra bahwa benih biji semakin tumbuh di pasir itu, akar yang semakin merongrong kedalam pasir seolah ingin mencari pegangan hidup pada sang ibu, daun yang semakin melebar yang seolah mengepakkan tangan untuk mendapatkan kasih sayang dari sang bapak, tangkai yang semakin memanjang seakan ingin cepat untuk meraih mimpi.
     Setelah bunga  dari biji itu muncul semut sangatlah riang dan lupa akan bunga yang telah menjalani hidupnya bersama surya. Saat semut tengah dalam keceriaannya bersama sangbenih biji yang telah menjadi bunga yang baru, ada seekor kumbang yang datang dan bertanya padaku "maaf tuan semut, apakah si bunga itu milik anda?", akupun menjawab "bukan, tapi bunga ini adalah milik seseorang pemilik yang pantas memiliki dan menjadi pemilik yang akan setia memiliki sang bunga "

lalu si kumbanng meneruskan pertanyaannya "duhai semut apa aku boleh memiliki sang bunga yang sangat membuat hatikku menggila?", semut menjawab"hai kumbang jangan bertanya padaku, tapi bertanyalah sendiri pada sang bunga".
kumbangpun bertanya pada sang bunga yang hampir mekar itu "wahai bunga maukah kau untuk jadi milikku dan aku akan memilikimu?", bungapun mau untuk dimiliki oleh sang kumbang.
kumbang berterima kasih kepada semut"wahai semut aku sangat berterima kasih atas segala yang engkau berikan dan tunjukkan padaku", semut mmenjawab "duhai kumbang janganlah kau untukk sekali-kali berterima kasih padaku, berterima kasihlah kamu pada Tuhan yang telah membawamu ke padaku".






                                                                                           bersambung.................

Rabu, 14 Oktober 2009


yeahhhh!!!
BERSEMANGAT!!!

Antara mimpi dan nyata

       Semut dibawah gemilau sang Purnama, saat malam tiba sang semut sangat menikmati hari-hari bersama bunga. seasta air disiramkannya oleh semut pada sang bunga, berulang kali bahkan setiap saat sang bunga memerlukan semut untuk menyiramnya dengan tirta yang tawar.
       Semut selalu berujar semoga pagi tak pernah datang agar sang surya juga tak akan muncul, namun apadaya ini semua sudah  kehendak dan takdir Tuhan sang penguasa alam, sedangkan aku hanyalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dengan selembar kertas putih dan disertai dengan tinta sedangkan tanganku sebagai kuasnya.
       Pagi telah datang suryapun terbit dan akupun menjauh dari bunga. walaupun berat namun itu harus aku lakukan. saat aku melihatnya dengan sang surya seakan duniaku telah usai. aku melangkahkan kakiku ke dalam hutan yang tak pernah dijamah oleh seseorang. gelap, lebat, kabut yang tebal menemani kesendirianku.
       Pada saat aku masuk dalam lamunanku tiba-tiba ada seekor burung hantu yang deengan keras bicara kepadaku. anehnya seakan dia tau semua yang aku pikir dan lakukan. dia meninggalkan kata yang sapai saat ini selalu aku pikirkan, kata-katanya ialah "berpikir,pertimbangkan,berbuat,hikmah,pelajari. pada saat semua telah habis pada waktu itulah sesuatu akan diambil oleh Sang Penguasa Alam.jangan berkata berakhir jika TUHAN belum mengakhiri namun lakukan dengan keyakinan yang ada didalam sukmamu".
        setelah dia berkata dengan nada yang keras, dia menghilang. akupun berteriak"dimana kau?, siapa kau?, untuk apa kau datang padaku?", lalu ada suara namun tidak ada rupa "Aku adalah kamu, Aku adalah anak dari bapak, bapak adalah seorang embun yang setiap pagi selalu dan tidak pernah berhenti untuk memberikan embun untuk kuminum. Aku adalah anak Ibu, Ibu adalah bumi yang selalu tak pernah berhenti memberikan sari-sari humus kepadaku"
                                                                                                              (bersambung.....)